Coban Sewu, Air Terjun di Kaki Gunung Semeru

IMG_0799

Kali ini perjalanan saya menuju Coban sewu. Dalam bahasa jawa Coban artinya Air terjun, Sewu artinya seribu. Sampai tulisan ini diterbitkan masih sedikit sekali informasi akses menuju Air terjun ini, mungkin dikarenakan belum banyaknya orang yang berkunjung ke Coban Sewu.

Saya ditemani tiga kawan seperjuangan di malang yaitu @wiratamazih, @Agungstwn, dan @syauqiarsyaffaiz .

Screenshot_4

Sabtu , 18 April 2015

Kami memulai perjalanan jam setengah 5 pagi dari kota Malang. Coban sewu terletak di perbatasan Malang Lumajang. Perjalanan dari Kota Malang menuju perbatasan Lumajang membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam perjalanan, kali ini kami tidak perlu menggunakan Google maps atau sejenisnya untuk menuju kesana, @syauqiasraffaiz atau yang akrab disapa melati sudah hafal semua jalan yang ada di jawa timur, maklum dia kuliah di jurusan PWK jadi tiap minggu harus mengelilingi jawa timur hanya untuk sekedar meneliti tata kota di daerah tersebut.

Setelah melewati jalan berkelok dan Indahnya pemandangan Gunung Semeru , sampailah kami di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pronojiwo , Lumajang. Tepat di sebelah kanan jalan utama sudah terpampang jelas plang menuju Coban Sewu. Ketika itu jam sudah menunjukan pukul 8 pagi.

Sampai di tempat karcis kami disambut baik oleh bapak-bapak tua dan kami dikenakan biaya masuk hanya sebesar 3000 rupiah saja dan biaya parkir Rp 2000. Setelah membayar administrasi, tanpa berpikir panjang kami langsung melanjutkan perjalanan menuju air terjun. tak sabar rasanya ingin cepat-cepat melihat air terjun yang belum terlalu terkenal ini.

Baru berjalan kaki selama 5 menit lebih 2 detik dari tempat karcis, kami sudah disuguhi pemandangan air terjun yang sangat indah.

cobansewu
Coban Sewu dari kejauhan
coban sewu
Indahnyoo

Cukup berfoto ria dari kejauhan, kami melanjutkan perjalanan lagi menuju ke bawah, disini kami bingung, akses menuju air terjun ditutup oleh bambu dan ada plang kecil bertuliskan “bukan jalur umum”.

Karena sepi dan tidak adanya warga di lokasi yang kami bisa tanyakan, kami mengambil inisiatif untuk balik lagi ke atas, bertanya ke bapak karcis tadi.

*di tempat karcis

Y = Yogi, BK : Bapak karcis

Y : Sepurane niki pak, buat ke bawahnya lewat mana ? yang belok kiri itu ya pak ?

BK : Of course , thats the way !!

Y : Are you kidding me ? yang jalannya ditutup itu ya ? yang ada tulisan bukan jalur umum ?

BK : iya nak, nanti ikuti aja jalannya.

Y : ok suwun pak.

Karena perkataan bapak yang sudah kami pikir berpengalaman, kami pun memilih jalan yang bukan jalur umum tersebut. Kembalilah kami ke jalan tadi.

Perjalanan dimulai, baru 1 meter berjalan dari plang, wiratamazih atau akrab dipanggil wira jatuh terpeleset. ternyata jalan disini sangatlah licin guys mungkin sehari sebelumnya terjadi hujan lebat.

sekitar 10 meter lagi kami berjalan barulah kami menemukan jalur yang sesungguhnya yaitu berupa tebing menurun yang sangat curam dan kiri kanan jurang, untuk turun ke bawah  disini hanya disediakan seutas tali yang diikat di batang atau ranting-ranting pohon dan terlepas dari tanahnya yang licin tadi.

“Aduh kayaknya bukan ini jalannya guys”

“Iya gik balik aja ya”

“Sudah-sudah kita jalani aja dulu” kata faiz yang ketika itu menjadi pemimpin kami berempat

Oke kita jalani aja dulu, dengan penuh semangat, satu persatu jalur kita lalui. Disini harus sangat berhati-hati, kedua kaki harus tepat berada di pijakan, Jadi turunnya seperti kura-kura ninja sambil memegang tali yang digantung di pohon dan tanpa satu pun pengaman. Faiz yang sudah berpengalaman sangat lincah menuruni tebing, ia seperti monyet kegirangan yang baru dikasi pisang oleh majikan hahaha, beda sekali dengan kami bertiga yang cukup lama untuk sekedar berpikir menentukan pijakan kaki setelahnya agar tidak terpeleset.

IMG_0757
wira in frame

Selain kami berempat tidak ada seorangpun yang kami temui melewati jalan ini. Jadi kesimpulannya kami salah memilih jalan. :”

30 menit perjalanan belum ada tanda-tanda kalau kami bakal sampai ke bawah. Sesekali kami beristirahat hanya sekedar menghatur nafas atau memakan cemilan yang kami bawa dari Malang.

1 jam kemudian

Jam menunjukkan pukul 10.00 sampailah kami di sebuah aliran air, barulah disini kami berpikir kalau air terjunnya sudah dekat. Namun ternyata kami salah, kami lagi-lagi harus turun melewati beberapa tebing sama seperti tadi dan tentu saja buat turun harus menggunakan tali. Jadi dari awal harus sangat percaya dengan tali tersebut. Semakin kuat memegang tali semakin aman buat turun ke bawah.

cobansewu
tenaga terakhir

Total dua jam lebih perjalanan akhirnya sampai juga kami di dasar. Gemuruh suara Air terjun Coban sewu sudah terdengar dari sini. Perjalanan belum selesai, kita harus menyeberangi beberapa sungai terlebih dahulu untuk menuju lokasi.

Ternyata oh ternyata, di sungai ini akhirnya kami menemui beberapa orang yang berkunjung, mulai dari anak kecil, bapak-bapak sampai ibu-ibu hamil ramai-ramai menuju Coban sewu. Setelah kami tanyakan ternyata jalan yang mereka lewati adalah lewat jalur goa tetes, dari goa tetes untuk sampai ke bawah sangat mudah hanya susur sungai dan beberapa jalan turun, kata mereka.

Dan disitu kadang saya merasa sedih kalau dibandingkan dengan perjalanan yang kami lalui :”

cobansewu
Menyebrangi Sungai

Akhirnya sampai juga kami di Air terjun, Banyak warga yang sudah ramai mandi di bawah guyuran air terjun dan ada juga yang hanya sekedar berfoto.

Menurut penuturan warga, air yang jatuh di coban sewu berasal dari mata air di kaki Gunung Semeru dan ada juga yang asalnya dari aliran sungai dari desa-desa. Sambil memakan bekal yang kami bawa rasanya perjuangan kami terbayar dengan Indahnya Air terjun Coban Sewu.

cobansewu
Good job team
DCIM100GOPROGOPR1354.
Go pro hero 4

DCIM100GOPROGOPR1320. IMG_0799 IMG_0820 IMG_0855 IMG_0841

Sekian cerita perjalanan di Coban Sewu selanjutnya kami kembalikan ke reporter jeremy tety

Leave a comment